- Pendahuluan
Karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan isi berupa ilmu
pengetahuan, yang dikemas dalam format, sistematika, dan konvensi naskah
tertentu, serta disampaikan dengan menggunakan bahasa yang resmi. Kemampuan
menulis karya tulis ilmiah seseorang tidak hanya ditunjukkan dengan kemampuan
mengelola gagasan atau ide dalam sarana tertulis, namun ditunjukkan pula dengan
kemampuannya dalam menguasai konvensi naskah. Salah satu hal yang berkaitan
dengan konvensi naskah adalah pengutipan.
Karya tulis ilmiah memerlukan perujukan, penegasan, dan penguatan dari peneliti
sebelumnya atau sumber-sumber yang memperkuat dan memperkaya penelitian. Untuk
itu, perlu dilakukan pengutipan terhadap hasil penelitian sebelumnya dan sumber-sumber
lain untuk mendukung penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengobjektifkan dan
memperkaya materi penelitian di samping mencegah terjadinya plagiarisme. Ketika
menetapkan penegutipan dengan sistem atau gaya tertentu, peneliti harus
konsisten dengan sistem atau gaya tersebut.
- Pengutipan
Kata pengutipan berarti
hal, cara, atau proses mengutip. Mengutip merupakan
pekerjaan mengambil atau memungut kutipan. Menurut Azahari (dalam Alam,
2005:38) “kutipan merupakan bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran,
definisi, rumusan atau penelitian dari penulis lain, atau penulis sendiri yang
telah (menurut penulis kata telah harus
dihilangkan) terdokumentasi, serta dikutip untuk dibahas dan ditelaah berkaitan
dengan materi penulisan”. Batasan di atas tidak hanya memaparkan hakikat
kutipan, tetapi juga menjelaskan kepentingan mengutip, yakni untuk dibahas dan
ditelaah. Hal ini mengandung pengertian bahwa pengutipan memiliki tujuan
tertentu, bukan sekadar menambah jumlah paparan penelitian.
Walaupun penulis diperkenankan
mengutip, bukan berarti tulisannya syarat dengan kutipan (perhatikan pula
Keraf, 2001: 179). Tulisan hasil penelitian haruslah merupakan hasil
gagasan asli
penulisnya bukan kumpulan kutipan pendapat pihak lain. Jika akan mengutip
pertimbangkanlah jangan sering mengutip dengan cara langsung, variasikan dengan
cara tidak langsung. Kutipan seharusnyalah dapat mengembangkan gagasan
penelitian.
- Kaidah Pengutipan dalam Karya Tulis
Ilmiah
Mengutip merupakan pekerjaan yang dapat menunjukkan kredibilitas
penulis. Oleh karena itu, mengutip harus dilakukan secara teliti, cermat, dan
bertanggung jawab. Hariwijaya dan Triton (2011: 151) mengatakan bahwa ketika
mengutip perlu dipelajari bagaimana teknik pengutipan sesuai dengan standar ilmiah (penambahan kata dengan oleh penulis). Untuk itu, perlu
diperhatikan hal berikut: (1) mengutip sehemat-hematnya, (2) mengutip jika
dirasa sangat perlu semata-mata, dan (3) terlalu banyak mengutip mengganggu
kelancaran bahasa.
Cara Mengutip
Ada dua cara atau sistem dalam mengutip sumber sebagai rujukan,
yaitu sistem catatan dan sistem langsung. Pada sistem pertama identitas
rujukan—nama penulis, tahun, dan halaman—tidak ditampilkan langsung, sedangkan
pada sistem kedua identitas tersebut ditampilkan. Pada sistem pertama di akhir
kutipan ditampilkan nomor berupa angka Arab, yang ditulis agak ke atas dengan
ukuran huruf lebih kecil (superscript).
Kemudian angka tersebut akan dirujukan kepada catatan kaki pada bagian bawah
halaman. Dalam sistem catatan ini dikenal sistem tradisional dan sistem Harvard
(Kalidjernih, 2010: 119). Pada sistem tardisional digunkan kata ibid, loc cit, dan op cit untuk pengacuan rujukan sebelumnya,
sedangkan dalam sistem Harvard tidak demikian.
Dalam hal cara
mengutip ini, banyak sistem lain di samping dua sistem yang disebutkan di atas.
Dalam makalah ini hanya akan dipaparkan sistem mengutip yang pada umumnya
digunakan di Indonesia. Sistem ini pada pandangan penulis merupakan hasil
kolaborasi atau kombinasi beberapa sistem yang dikenal di dunia. Makalah ini
pun hanya akan menyajikan sistem pengutipan sumber dengan sistem langsung,
sedangkan sistem catatan tidak akan dijelaskan. Sistem langsung ini menampilkan
nama penulis, tahun, dan halaman atau penulis, tahun tanpa halaman.
Ada dua cara untuk
mengutip, yaitu mengutip langsung dan mengutip tidak langsung.
Kutipan langsung
merupakan salinan yang persis sama dengan sumbernya tanpa penambahan (Widjono,
2005: 63), sedangkan kutipan tidak langsung menyadur, mengambil ide dari suatu
sumber dan menuliskannya sendiri dengan kalimat atau bahasa sendiri (Widjono,
2005: 64).
- Kutipan Tidak Langsung
Cara melakukan kutipan tidak langsung adalah sebagai berikut:
- Menggunakan redaksi dari
penulis sendiri (parafrasa);
- Mencantumkan sumber (nama
penulis, tahun, dan halaman)
Contoh1:
Menurut salah satu
historiografi tradisional, penyerahan kekuasaan kerajaan Pajajaran kepada
Kerajaan Sumedanglarang berlangsung melalui penyerahan mahkota emas raja
Kerajaan Sunda Pajajaran kep[da Prabu Geusan Ulun. Penyerahan mahkota
secarasibolisbereti bahwa Sumedanglarang menjadi penerus Kerajaan Sunda
(Suryaningrat, 1983: 20—21 dan 30).
- Kutipan Langsung
Cara melakukan kutipan
langsung adalah sebagai berikut.
- Jika kutipan empat baris atau
kurang (langsung endek):
- Dikutip apa adanya;
- Diintegrasikan ke dalam teks
paparan penulis;
- Jarak baris kutipan dua spasi
(sesuai dengan jarak spasi paparan);
- Dibubuhi tanda kutip (“….”);
- Sertakan
sumber kutipan di awal atau di akhir kutipan, yakni nama penulis, tahun
terbit, dan halaman sumber (PTH atau Author, Date, Page (ADP),
misalnya (Penulis, 2012:100).
- Jika berbahasa lain (asing atau
daerah), kutipan ditulis dimiringkan (kursif);
- Jika
ada kesalahan tik pada kutipan, tambahkan kata sic dalam kurung (sic) di
kanan kata yang salah tadi;
- Jika ada bagian kalimat yang
dihilangkan, ganti bagian itu dengan tanda titik sebanyak tiga biah jika
yang dihilangakan itu ada di awal atau di tengah kutipan, dan empat titik
jika di bagian akhir kalimat;
- Jika ada penambahan komentar,
tulis komentar tersebut di antara tandakurung, nislnya, (penggarisbawahan
oleh penulis).
Contoh 2:
Ada beberapa pendapat
mengenai hal itu. Suryaningrat (1983: 20—21 dan 30) mengatakan, “Menurut salah
satu historiografi tradisional, penyerahan kekuasaan kerajaan Pajajaran kepada
Kerajaan Sumedanglarang berlangsung melalui penyerahan mahkota emas raja
Kerajaan Sunda Pajajaran kep[da Prabu Geusan Ulun. Penyerahan mahkota secara
simbolis berarti bahwa Sumedanglarang menjadi penerus Kerajaan Sunda,”
Lebih dari Empat
Baris (Langsung Panjang):
- Dikutip apa adanya;
- Dipisahkan dari teks paparan
penulis dalam format paragraf di bawah paparan penulis;
- Jarak baris kutipan satu spasi;
- Sertakan sumber kutipan di awal
atau di akhir kutipan, yakni nama penulis, tahun terbit, dan halaman
sumber, misalnya (Penulis, 2012:100).
- Jika berbahasa lain (asing atau
daerah), kutipan ditulis dimiringkan.
Contoh 3:
Mengenai pentingnya
penelitian di lokasi tersebut Triwurjani dkk. (1993: 7—43) mengatakan sebagai
berikut:
Penelitian secara
lebih intensif di kawasan Danau Ranau pada tahun-tahun sesudahnya masih
dilakukan, yaitu pada tahun 1993 tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
kembali melakukan penelitian berupa survei pada situs-situs di kawasan Danau
Ranau, baik yang secara adminstratif berada di Kabupaten Lampung Barat maupun
Kabupaten OKU (Ogan Komering Ulu), Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian yang
dilakukan menunjukkan temuan-temuan arkeologis dari beberapa situs yang
diperoleh memiliki ciri prasejarah hingga klasik.
- Simpulan
Pengetahuan cara
mengutip yang benar perlu didapatkan oleh para penulis karya tulis ilmiah. Hal
ini bukan saja terkait dengan pengelolaan informasi dari sumber yang
diperlukan, melanikan juga terkait dengan persoalan keabsahan karya tulis itu
sendiri karena karya tulis harus terhindar dari praktik plagiarisme. Jika sudah
menetapkan suatu sistem kutipan, penulis harus konsisten dengan sistem
tersebut. Berlatihlah untuk mengutip dengan cara yang benar.
Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabart dkk. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis
Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Alam, Agus Haris Purnama. 2005. Konsep
Penulisan Laporan Ilmiah. (Format dan
Gaya). Bandung: YIM
Press.
Anggarani, Asih, dkk. 2006. Mengasah Keterampilan Menulis
Ilmiah di Perguruan
Tinggi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Arifin, E. Zaenal.
2004. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Grasindo.
Hariwijaya, M. 2006. Pedoman Teknis Penulisan Karya
Ilmiah Skripsi, Tesis dan
Disertasi. Yoyakarta: Citra
Pustaka.
Hariwijaya, M. dan Triton P.B. 2011. Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis.
Jakarta: Oryza
Hs., Widjono. 2005. Bahasa Indonesia Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Kalijernih, Freddy K. 2010. Penulisan Akademik Esai,
Makalah, Artikel Jurna Ilmiah,
Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung:
Widya Aksara Press.
Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Cet.
XII. Ende: Nusa Indah.
Mulyono, Iyo. 2011. Dari Karya Tulis Ilmiah Sampai
Dengan Soft Skills. Bandung:
Yrama Widya.
Nasution, S. dan M.Thomas. Buku Penuntun Membuat Tesis,
Skripsi, Disertasi,
Makalah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sudjiman, Panuti dan Dendy Sugono. 1991. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:
Kelompok 24 Pengajar
Bahasa Indonesia.
Suyatno dan Aserp Jihad. 2011. Betapa Mudah Menulis Karya
Ilmiah. Yogyakarta:
Multi Solusindo.
Suyitno. 2011. Karya Tulis Ilmiah (KTI) Panduan,
Teori, Perlatihan, dan Contoh.
Bandung: Refika
Aditama.
Tim Penyusun. 2010.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bogor: FakultasTeknologi
Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbbandung/2014/11/27/kaidah-pengutipan-dalam-karya-tulis-ilmiah/