Judul
: Bulan Terbelah di Langit Amerika
Pengarang : Hamun
Salsabiela Rais
Rangga Almahendra
Penerbit : PT Gramdia
Pustaka Utama
Tahun terbit : 2014
Cetakan
: Pertama
Tebal buku : 451
Hanum Salsabiela Rais. Lahir pada 12 April 1982 di Yogyakrta.
Adalah mantan presenter berita Reportase di Trans TV. Hanum merupakan putri
dari Amin Rais. Ia menempuh pendidikan dasar Muhammadiyah di Yogyakarta hingga
mendapat gelar Dokter gigi di FKG Universitas Gajah Mada.[1] Hanum
mengawali karir sebagai jurnalis dan presenter di TRANS TV yang sangat
ditekuninya. Hanum memulai pengembaraannya di benua Eropa bersama suami
tercinta Rangga Almahendra yang menjuarai beasiswa pemerintahan Austria untuk
studi S3 di WU Vienna. Di sana Hanum bekerja dalam proyek video podcast
Excutive Academy di WU Vienna selama 2 tahun. Hanum juga tercatat
sebagai koresponden detik.com bagi kawasan Eropa dan sekitarnya. Ia bekerja
dengan sepenuh hati untuk berjuang di tanah Eropa di mana umat Muslim sebagai
minoritas. Sungguh bukan sebuah perjuangan yang mudah untuk dapat bertahan
hidup di dunia yang tidak memihak pada Islam.[2]
Rangga Almahendra. Adalah suami Hanum Salsabiela Rais, teman
perjalanan sekaligus penulis kedua buku ini. Menamatkan pendidikan dasar hingga
menengah di Yogyakarta kemudian berkuliah di Institut Teknologi Bandung, dan s2
di Universitas Gajah Mada, keduanya lulus Cumlaude.Memenangkan
beasiswa dari pemerintah Austria untuk studi S3 di WU Vienna, Rangga
berkesempatan berpetualang dengan isterinya menjelajah Eropa. Pada tahun 2010
ia menyelesaikan studinya dan meraih gelar doctor di bidang International
business & Management. Saat ini dia tercatat sebagai dosen di
Johannes Kepler University dan Universitas Gajah Mada. Rangga sebelumnya pernah
bekerja di PT Astra Honda Motor dan ABN AMRO Jakarta.[3]
Pada tahun 2010, Hanum menerbitkan buku
pertamanya berjudul Menapak Jejak Amin Rais: Persembahan Seorang Putri
untuk Ayahnya Tercinta. Sebuah novel biografi tentang kepemimpinan,
keluarga dan mutiara hidup. Setelah itu, ia menerbitkan buku Berjalan di
Atas Cahaya dan 99 Cahaya di Langit Eropa yang
kemudian diadaptasi menjadi film 99 Cahaya di Langit Eropa dan 99
Cahaya di Langit Eropa Part 2.
Sinopsis
Amerika dan Islam. Sejak 11 September 2001,
hubungan keduanya berubah. Semua orang berbondong-bondong membenturkan
mereka. Mengakibatkan banyak korban berjatuhan; saling curiga, saling
tuding, dan menyudutkan banyak pihak.
Ini adalah kisah perjalanan spiritual di balik
malapetaka yang mengguncang kemanusiaan. Kisah yang diminta rembulan kepada
Tuhan. Kisah yang disaksikan bulan dan dia menginginkan Tuhan membelah dirinya
sekali lagi sebagai keajaiban.
Namun, bulan punya pendirian. Ini untuk
terakhir kalinya. Selanjutnya, jika dia bersujud kepada Tuhan agar dibelah
lagi, itu bukan untuk keajaiban, melainkan agar dirinya berhenti menyaksikan
pertikaian antarmanusia di dunia.
“Apa? Wajah Nabi Muhammad junjunganku terpahat
di atas gedung ini? Apa-apaan ini! Penghinaan besar!” seruku pada Julia. Mataku
hampir berair menatap patung di dinding Supreme Court atau Mahkamah Agung
Amerika Serikat, tempat para pengadil dan terhukum di titik puncak negeri ini.
“Jangan emosi. Tak bisakah kau berfikir lebih
jauh, Hanum? Bahwa negeri ini telah dengan sadar mengakui Muhammad sebagai
patron keadilannya. Bahwa Islam dan Amerika memiliki tautan sejarah panjang
tentang arti perjuangan hidup dan keadilan bagi sesama.
“Akulah buktinya, Hanum.”
Kisah petualangan Hanum dan Rangga di 99
Cahaya di Langit Eropa berlanjut hingga Amerika. Kini mereka di beri dua misi
yang berbeda. Naumn, Tuhan menggariskan mereka untuk menceritakan kisah yang
dimohonkan rembulan. Lebih dari pada sekedar misi. Tugas mereka kali ini akan
menyatukan belahan bulan yang terpisah. Tugas yang menyerukan bahwa tanpa
Islam, dunia akan haus kedamaian.
*****
Pasangan suami-isteri, Hanum
Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra kembali membuat kejutan luar biasa bagi
dunia, setelah sukses membuat banyak orang terkagum-kagum dengan karya
sebelumnya 99 Cahaya di Langit Eropa. Kini mereka tak hanya mengguncang dunia
Islam tetapi ke segala penjuru dunia. Sebuah petualangan yang mereka alami saat
berada di negeri orang lain dikemasnya menjadi sebuah kisah yang sangat
menakjubkan.
Hanum yang menjalani
kehidupannya sebagai seorang isteri dari suami yang sedang melanjutkan studi S3
di Austria dan juga seorang reporter pada sebuah media di Wina Austria
mendapat sebuah tugas yang monumental dari dewan redaksi tempat hanum bekerja.
Tugas yang memporak-porandakan perasaannya dan mengancam keyakinannya. Wold
The World be better without Islam? Apakah dunia akan lebih baik tanpa Islam. Sebuah
penangguhan dari dewan redaksi yang harus dijawabnya sendiri mengenai
keyakinannya telah membawa Hanum pada negeri Paman Sam. Bersamaan dengan itu
suaminya. Rangga, harus berangkat ke Washington DC untuk menghadiri
konferensi Internasional yang ditugaskan oleh Profesor Reinhard.
Takdir memilih memisahkan
mereka di negeri Amerika. Hanum yang terpaksa harus menetap di New york dan
Rangga terpaksa meningglkannya demi memenuhi tugas presentasinya di Washington
DC. Hanum terjebak pada kerusuhan yang terjadi di Ground Zero yang bertepatan
pada peringatan 11 september delapan tahun silam. Ribuan nama manusia yang
menjadi korban tragis kekejaman terror 9/11 tertulis di atas batu nisann di
memorial park Peringatan yang awalnya berjalan haru kini berubah menjadi
kerusuhan. Dikerumunan manusia yang sedang berolah Hanum kehilangan handphon
genggamnya yang terlempar dan terinjak oleh ratusan pasang kaki. Hanum yang
berjanji pada suaminya untuk menyusul dengan bus berikutnya Hanya bisa pasrah
ketika mengetahui ia telah salah menaiki bus. Sebuah jalan keluar yang
ditunjukan Allah dengan cara yang tak terduga telah membawa Hanum pada sebuah
masjid yang akan menuntunnya betualang di Amerika tanpa didampingi sang suami
kali ini.
Seorang wanita asal Amerika
yang ternyata juga menjadi keluarga korban tregedi 9/11 akan membantu Hanum
menemukan jawaban dari tugasnya. Benarkah dunia akan lebih baik tanpa Islam?.
Benarkah Islam yang harus dipersalahkan dan bertanggung jawab atas tragedi
runtuhnya gedung kembar World Trade Centre (WTC) di New York? Benarkah Islam
yang menjadi penyebab kekacauan dunia? Benarkan Islam adalah agama ganas
seperti yang mereka fikirkan?
Julia Collins. Bukan hanya
menjadi penolong bagi hanum tapi ia adalah malaikat tak bersayap yang hanum
temukan di tengah-tengah malapetakanya. Julia yang sejak delapan tahun lalu
mencari kebenaran atas kematian suaminya dalam tragedi 9/11 kini bersedia
menjadi narasumber Hanum. 11 september tidak hanya menjadi luka untuk Julia
tapi juga telah mengubahnya. Ia memutuskan untuk kembali menggunakan nama
aslinya sebagai Julia Collins dan menanggalkan hijabnya yang ketika itu namanya
adalah Azima Hussein. Nama Islam yang berarti cita-cita yang tinggi. Sejak
kejadian 11/9 betapa orang-orang muslim sangat terpojok. Mereka melarang
pembangunan Masjid dan sulitnya seorang muslim menunjukan identitas dirinya
yang juga menjadi alasan Azima menanggalkan hijab. Kejutan lain yang datang
dari seorang Azima bahwa ia tengah bermain petak umpat dengan ibu kandungnya
Hyacinth Collinsworth. Azima mengaku sebagai seorang Kristen di depannya dan
berikrar Syahadat di belakanya. Begitu juga dengan Sarah –anak dari Azima-. Ia
mendengarkan sang nenek membaca Al-kitab setiap malam sebelum tidur dan saat
matahari menyapa fajar Azima mengajarkannya membaca Al-Quran. Tidak-tidak!
Azima tidak betul-betul menanggalkan hijabnya, ia mengalami krisis Identitas,
Ia menutupi Identitasnya sebagai Muslim dari Ibu kandungnya yang mengalami
Alzheimer. Diam-diam rambut indah yang menghiasi parasnya adalah sebuah wig yang
ia gunakan untuk menggantika hijab yang ia tanggalkan.
Beberapa tahun setelah
peristiwa 11 September Azima memutuskan untuk bekerja di museum 9/11 demi
mencari kenyatana yang tak tersingkap dari peninggalan terakhir suaminya, Abe.
Berupa suara-suara kematian. Ia berharap akan menemukan pengunjung yang menjadi
saksi hidup bagaimana Abe mengakhiri hidupnya. Atau menemukan seseorang yang
mengenal Abe.
Julia menemukan banyak
keanehan dan kejanggalan yang menyelimuti 9/11. Di sebelah 2 menara WTC yang
sudah hancur lebur, terdapat satu gedung lain yang dinamai WTC 7, menyusul
runtuh kemudian. Berita itu dikumpulkan Julia dalam bentuk keliping yang
dikumpulkannya selama 8 tahun ke belakang. WTC 7 tiba-tiba runtuh beberapa jam
kemudian mengahncurkan gedung 5 dan 6 yang berada di bawahnya, setelah menara
Utara dan Selatan colaps. Padahal, gedung ini tidak ditabrak. Bahkan gedung ini
dipisahakn sebuah blok jalan yang cukup jauh. Gedung lainnya yang didekatnya
hanya mengalami kerusakan fisik seperti kaca pecah, tapi tidak sampai ambruk.
Arsitek dan insinyur termasyhur, para ahli pembuat gedung pencakar langit tidak
percaya gedung itu bisa habis meleleh. Gedung itu dirancang untuk tetap tegar
dengan tahanan paling berat sekalipun. Bahkan jika hantaman pesawat itu jatuh
menukik vertikal dan membelahnya. Ada satu penjelasan yang masuk akal mengapa
kedua gedung itu bisa runtuh seketika dan sedemikian serempak. Satu alasan:
struktur bajanya sengaja dilemahkan hingga tak kuat menerima beban. Sesederhana
itu. Para korban yang selamat, sebagian besar adalah mereka yang berada di
bawah impak pesawat. Saat melewati bagian anak tangga di lantai bawah, mereka
mendengar ledakan berkali-kali. Kebetulan-kebetulan tak beralasan seolah
beramai-ramai berkumpul pada hari itu. 11 september delapan tahun yang lalu
telah merangkum banyak kejadian janggal dan aneh. Pangkalan militer yang
mengira pembajakan itu hanyalah simulasi latihan, badan pesawat yang hilang
setelah menabrak gedung pentagon, dan CCTV saat itu mati, hingga paspor seorang
muslim milik si “pembajak”, yang ditemukan utuh di tengah puing pesawat yang
berkeping-keping. Tiba-tiba segala kebetula-kebetulan terjadi.
Di deretan kursi dalam sebuah
bus, Rangga dengan seorang lelaki tua berkebangsaan Amerika, memulai percakapan
yang akan membawa kita pada kenyataan-kenyaataan lainnya. Thomas Jefferson.
Presiden Amerika yang menyingkap filasat revolusi, yang kemudian dikenal
sebagai piagam hak-hak azazi manusia, diam-diam mahir berbahasa Arab, bahkan ia
memiliki sebuah Al-quran. Tetapi Jefferson juga membuat bible-nya
sendiri. The Jefferson Bible. Bedanya, dia mengubah-ubah isi bible itu.
Agar tidak seperti Al-Kitab kaum Nasrani kebanyakan. Belum mampu Rangga
memahami perkataannya, kini ocehan lelaki tua itu membjuat Rangga tercengang.
Menurut lelaki tua, harus ada cara untuk mengurangi angka kepadatan penduduk di
dunia yaitu dengan peperangan. Sebuah cara yang diadopsinya dari Al-Qur’an.
Sungguh malangnya nasib pak tua yang menyalahgunakan makna perintah perang yang
ada di dalam Al-Qur’an.
Kejutan lain datang dari
Gertrud Robinson yang menambahkan Hanum sebuah tugas baru. Ia menugaskan hanum
untuk mencari kaitan tentang sejarah Amerika dengan perkembangan Islam. Serta
mencari jejek simbol-simbol Islam yang dipakai di pengadilan Amerika. Bahkan
terdapat sebuah ukiran inskripsi ayat Al-Qur’an di sebuah
pintu gerbang fakultas Hukum di Amerika yang begitu terkenal. Universitas
Harvard.
Kesimpulan
Tiga hari terbuang sudah
untuk traagedi-tragedi yang tidak di duga. Kini hanya ada 3x24 jam waktu
yang Hanum punya di Amerika untuk menyelamatkan keyakinannya. Namun, belum juga
ada titik terang dari permasalahan yang sedang di hadapi. Mampukah ia menjawabnya,
Menyelamatkan keyakinannya?, “Benarkah Would the World Be
Better Without Islam?”. Apakah Azima Hussein menemukan seseorang yang
menjadi saksi hidup suaminya setelah delapan tahun mencarinya?. Semua
pertanyaan ini akan dikupas tuntas dalam novel karya Hanum Salsabiela Rais dan
Rangga Almahendra. Sebuah novel yang dapat menuntun kita pada sebuah imajinasi
yang tak pernah terbayangkan, bagaimana seorang wanita Islam begitu berani
mempertaruhkan Keyakinanya di dalam sebuah medan yang mayoritas beramai-ramai
menentang keyakinannya. Keberaniannya serta ketangguhannya patut menjadi contoh
bagi umat muslim dunia sebagai Agen Islam yang berkualitas. Sebuah prestasi
yang patut diberi apresiasi atas karya yang menakjubkan. Mengangkat kedamaian
dan peran Islam di ranah dunia yang cukup mendapatkan gesekan negatif dari
berbagai pihak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar