Secuil Kisah Inspiratif dari Indonesia Timur...
- Penulis : Kurnia Sari Aziza
- Senin, 7 Oktober 2013 | 09:31 WIB
Salah satu kegiatan dalam Festival
Gerakan Indonesia Mengajar 2013, tampak para relawan sedang membuat surat
semangat untuk pelajar-pelajar di daerah. Festival Gerakan Indonesia Mengajar
diselenggarakan selama dua hari, mulai Sabtu (5/10/2013) hingga Minggu
(6/10/2013).
JAKARTA, KOMPAS.com — Di festival ini, ada sebuah papan terbentang lebar.
Di papan itu, ditampilkan berbagai kisah inspiratif yang diceritakan kembali
oleh para pengajar muda yang mendidik di 126 sekolah di 17 kabupaten di
Indonesia. Dengan menggunakan stiker yang didapatkan saat mendaftar menjadi
relawan kerja bakti, Anda dapat menempelkan dan memberi semangat kepada mereka,
para pejuang pendidikan itu.
Beberapa kisah inspiratif itu datang dari Indonesia bagian timur. Tiga kabupaten dari tiga provinsi menjadi target pengajar muda Indonesia Mengajar. Tiga kabupaten itu antara lain Kabupaten Fakfak (Papua Barat), Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Maluku), dan Kabupaten Halmahera Selatan (Maluku Utara).
Di Kabupaten Fakfak, misalnya, ada seorang tunawicara bernama Bondan Pattipi. Walaupun tak mampu mendengar dengan baik, ia menjadi partisipan terbaik mewakili SD YPK Siboru dalam lomba gerak jalan.
Sadar akan kelemahannya, semangat Pattipi tak pernah surut. Ia justru semakin tekun memperhatikan segala instruksi dengan baik.
Pattipi menjaga irama langkahnya agar serasi dan dapat seimbang dengan teman-teman lainnya. Sampai akhirnya, ia dapat membuktikan bahwa seorang tunawicara juga bisa berprestasi. Tak heran, banyak relawan kerja bakti menempelkan stiker "Love", "Like", "Lilin", dan "Smile" pada kisahnya.
Kisah guru
Kisah berbeda datang dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Maluku). Kisah inspiratif itu tentang seseorang bernama Ayu, siswa kelas VI SD yang sama sekali tidak pernah keluar dari desanya, di Desa Wunlah.
Setelah lolos mengikuti seleksi OSN bidang matematika di tingkat kecamatan, Ayu kemudian mengikuti seleksi di tingkat kabupaten. Dia pun berhasil menjadi peserta terbaik se-Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan mewakili kompetisi tersebut di tingkat provinsi.
Namun, tak cuma siswa seperti Ayu yang mau berjuang demi meraih cita-citanya. Kisah inspiratif semacam itu juga bisa dilihat dari para guru.
Kisah seorang guru bernama Asri, misalnya. Di Kabupaten Halmahera Selatan, Asri merupakan seorang guru honorer. Ia mengajar sebagai guru wali kelas I sampai kelas VI SD Negeri Wayatim selama 2 tahun.
Asri mengaku sempat ingin meninggalkan Wayatim dan mencari pekerjaan baru di kota. Namun, karena ia satu-satunya guru di sekolah bersama seorang kepala sekolah, Asri mengurungkan niatnya meninggalkan anak-anak muridnya. Kini, Asri kembali mengabdi di SD Negeri Wayatim. Tak disangka, rupanya, cerita tentang pengabdian Asri itu paling banyak menarik perhatian para relawan kerja bakti yang menghadiri Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM).
Beberapa kisah inspiratif itu datang dari Indonesia bagian timur. Tiga kabupaten dari tiga provinsi menjadi target pengajar muda Indonesia Mengajar. Tiga kabupaten itu antara lain Kabupaten Fakfak (Papua Barat), Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Maluku), dan Kabupaten Halmahera Selatan (Maluku Utara).
Di Kabupaten Fakfak, misalnya, ada seorang tunawicara bernama Bondan Pattipi. Walaupun tak mampu mendengar dengan baik, ia menjadi partisipan terbaik mewakili SD YPK Siboru dalam lomba gerak jalan.
Sadar akan kelemahannya, semangat Pattipi tak pernah surut. Ia justru semakin tekun memperhatikan segala instruksi dengan baik.
Pattipi menjaga irama langkahnya agar serasi dan dapat seimbang dengan teman-teman lainnya. Sampai akhirnya, ia dapat membuktikan bahwa seorang tunawicara juga bisa berprestasi. Tak heran, banyak relawan kerja bakti menempelkan stiker "Love", "Like", "Lilin", dan "Smile" pada kisahnya.
Kisah guru
Kisah berbeda datang dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Maluku). Kisah inspiratif itu tentang seseorang bernama Ayu, siswa kelas VI SD yang sama sekali tidak pernah keluar dari desanya, di Desa Wunlah.
Setelah lolos mengikuti seleksi OSN bidang matematika di tingkat kecamatan, Ayu kemudian mengikuti seleksi di tingkat kabupaten. Dia pun berhasil menjadi peserta terbaik se-Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan mewakili kompetisi tersebut di tingkat provinsi.
Namun, tak cuma siswa seperti Ayu yang mau berjuang demi meraih cita-citanya. Kisah inspiratif semacam itu juga bisa dilihat dari para guru.
Kisah seorang guru bernama Asri, misalnya. Di Kabupaten Halmahera Selatan, Asri merupakan seorang guru honorer. Ia mengajar sebagai guru wali kelas I sampai kelas VI SD Negeri Wayatim selama 2 tahun.
Asri mengaku sempat ingin meninggalkan Wayatim dan mencari pekerjaan baru di kota. Namun, karena ia satu-satunya guru di sekolah bersama seorang kepala sekolah, Asri mengurungkan niatnya meninggalkan anak-anak muridnya. Kini, Asri kembali mengabdi di SD Negeri Wayatim. Tak disangka, rupanya, cerita tentang pengabdian Asri itu paling banyak menarik perhatian para relawan kerja bakti yang menghadiri Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM).
Pendapat :
Dalam
hal ini saya mungkin akan memfokuskan/memusatkan pendapat saya kepada sistem pendidikan
yang terjadi di Indonesia ini. Sistem pendidikan di Indonesia saat ini masih
sangat butuh perbaikan dan ditambah lagi system pendidikan di Indonesia masih
belum tetap/masih berubah-ubah.
Sistem
pendidikan Indonesia masih memiliki pula beberapa kelemahan. Kelemahan
sistem pendidikan di Indonesia adalah bidang studi dan materi yang terlalu luas
dan memaksa peserta didik untuk dapat menguasai sekian banyak bidang studi dengan
materi yang sedemikian abstrak, yang selanjutnya membuat anak merasa
tertekan/stress yang dampaknya membuat mereka suka bolos, bosan sekolah,
tawuran, mencontek, dan lain-lain.
Sistem pendidikan
di Indonesia pula masih berorientasi pada nilai dan mengesampingkan aspek
afektif (merasa) sehingga peserta didik hanya tercetak sebagai
generasi-generasi yang pintar tapi tidak memiliki karakter-karakter yang
dibutuhkan oleh bangsa ini.
Penyebab
rendahanya pendidikan di perbatasan dan daerah pedalaman antara lain adalah
masalah efektivitas, efisiensi dan standarisasi pengajar. Hal tersebut masih
menjadi masalah pendidikan Kaltim pada umumnya. Adapun permasalahan khususnya
dalam dunia pendidikan 1. Rendahnya pemerataan pendidikan,2. Rendahnya saran
fisik sekolah,3. Rendahnya kesejahteraan guru
Masih banyak lagi
kekurangan yang terjadi pada sistem pendidikan di Indonesia apabila mau diurai.
Kita harus memberikan apresiasi
setinggi-tingginya untuk para pahlawan perbatasan yang tanpa jasa yang
memberikan sedikit cahaya harapan di timur Indonesia.
Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/07/0931416/Secuil.Kisah.Inspiratif.dari.Indonesia.Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar